BAHAGIANYA ORANG YANG BERPUASA

Komentar

Dr. Dede R. Misbahul Alam, M.Pd.

(Ketua Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Sekolah Pascasarjana UNISMA Bekasi)

Meraih kehidupan bahagia adalah cita-cita setiap orang. Kebahagiaan lahir dari sebuah kenikamatan yang dirasakan saat seseorang merasakan sesuatu baik dalam bentuk makanan, pekerjaan atau hal lain yang menyebabkan dirinya menjadi bahagia.

Tidak ada seorangpun manusia yang menginginkan hidupnya susah, sedih apalagi sengsara. Walau terkadang kebahagian harus ditempuh dengan kepayahan dan kesusahan terlebih dahulu, namun semua yang dilakukannya adalah untuk mengejar kebahagiaan.

Cita-cita hidup untuk menjadi orang yang bahagia merupakan hak dasar atas setiap orang. Adanya aturan moral dan etika dalam kehidupan sosial dan masyarakat merupakan upaya untuk menciptakan keteraturan, ketenangan dan pada akhirnya adalah kebahagiaan. Maka kebahagian menjadi kebutuhan yang mendasar bagi setiap orang. Dan bagi seorang muslim agar selalu mendapatkan kebahagiaan Allah SWT ajarkan do’a “Rabbanaa Atinaa Fiddunnya Hasanah Wafil Aakhirati Hasanah Waqinaa ‘Azzazbannar…”

Pada bulan Ramadhan kebahagian seorang muslim Allah SWT tambahkan lebih banyak lagi. Mulai dari amal yang pahalanya dilipat gandakan hingga pembebasan manusia dari siksaan api neraka. Pada orang yang sedang shaum (berpuasa) setidaknya Nabi SAW pernah bersabda bahwa, “bagi orang yang shaum ada dua kebahagiaan; kebahagiaan pertama saat berbuka dan kebahagiaan kedua saat bertemu dengan Tuhannya (Allah SWT)” (HR. Muttafaq ‘Alaihi).

Kebahagiaan orang yang shaum tentu bukan bermakna duniawi semata. Namun kebahagiaan orang yang shaum itu lahir dari kenikmatan yang ia rasakan saat ia diberikan kekuatan untuk bisa melaksakan ibadah kepada Allah yang cukup berat. Menahan nafsu untuk tidak makan, minum, menjaga hati, lisan dan pandangan disiang hari mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari tentu bukan perkara mudah, bahkan sangat berat dan melelahkan. Ditambah yang shaum juga harus menjaga syahwatnya untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah walau ‘mendekati’ pasangan sahnya hingga terbenamnya matahari.

Kumandang adzan adalah waktu-waktu yang dinanti. Karena adzan merupakan cek point bagi hati setiap muslim yang mendambakan kebahagiaan. Menanti adzan magrib adalah waktu yang sangat dirindukan. Seoalah tidak ada waktu yang paling penting untuk ditunggu kecuali waktu datangnya adzan magrib.  Maka sungguh bahagianya orang yang sedang shaum ketika kumandang adzan magrib mulai bergema. Semua larut dalam kebahagiaan menyantap hidangan buka puasa yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Bahkan banyak diantaranya orang lupa mengingat Allah ketika berada dalam kebahagiaan saat berbuka hingga tidak sempat berdo’a. Padahal Nabi SAW mengingatkan kepada kita, “ingatlah kepada Allah saat kita bahagia/senang, maka Allah SWT akan mengingat kita saat susah/sedih” (HR. Iman Tirmidzi). Maka bersyukur dan berdo’alah dalam sekecil apapun kesempatan dan kebahagiaan kita agar Allah SWT datang lebih cepat saat kita dalam kesempitan dan membutuhkan pertolonganNYA.

Begitupun saat kita beribadah. Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah SWT kondisikan semua waktunya untuk beribadah dengan khusu’. Bentuk pengkondisiannya Allah SWT belenggu syetan dengan ikatan besi agar tidak mengganggu muslim yang beribadah. Harapannya tentu agar orang-orang yang disayang oleh Allah SWT dari kalangan muslim dapat memasuki surga dari pintu manapun, karena semua pintu surga telah Allah SWT buka untuk kita yang sedang shaum di bulan Ramadhan.

Perjumpaan seorang muslim yang sedang shaum di bulan Ramadhan dengan Tuhannya (Allah SWT) merupakan sebuah momentum yang sangat Istimewa. Hal ini karena Allah SWT berada sangat dekat dengan kita dan Allah berjanji akan mengabulkan semua permintaan dari do’a setiap hambaNYA yang datang menemui Allah SWT (QS. Al Baqarah: 186). Perjumpaan yang istimewa itu adalah saat dimana kita datang dalam memenuhi panggilanNYA menlaksanakan sholat lima waktu dan saat-saat ijabah do’a ketika kita berbuka puasa, tadarus al Quran, i’tikaf di masjid, bersedekan dan beramal soleh lainnya selama berada dalam bulan Ramadhan yang Istimewa ini. Maka sholat lima waktu dan ibadah-ibadah lain yang mengikutinya adalah bentuk komunikasi yang harus dimaksimalkan dalam perjumpaan kita dengan Allah SWT untuk mencurahkan segala masalah kita, hajat hidup kita dan segala hal yang kita inginkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat kita.

Menjaga sholat lima waktu berarti kita menjaga hubungan baik kita dengan Allah, menjaga sholat lima waktu berarti kita telah menjadi orang yang taat dalam ibadah, dan bagi orang yang dapat menjaga ibadahnya dengan baik, Allah akan berikan kepadanya makanan sebagai rizki yang dapat membahagiakan kehidupan dunia dan akhiratnya (QS. Ad Dzariyat: 57). Sebaliknya orang yang tidak bisa menjaga waktu-waktu perjumpaannya dengan Allah bahkan sampai lalai dan berani meninggalkan sholat, baginya bukan hanya sekedar dosa, tapi dia sudah berani menjauh dari rizki Allah dan dari kebahagiaan dunia dan akhiratnya.      

Pertanyaannya adalah, apakah kita termasuk orang yang selalu bahagia saat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini? Apakah kita sudah pernah berjumpa dengan Allah SWT saat kita sedang shaum di bulan Ramadahan ini? Atau jangan-jangan kita hanya bahagia saat mendengar kumandang adzan magrib saja karena ingin segera menyantap hidangan buka puasa dan segera ‘menemui’ istri kita saja? Pertanyaan diatas merupakan bentuk introspeksi atau muhasabah yang segera harus kita evaluasi setiap hari agar kita selalu mendapatkan kebahagiaan. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu diberikan kebahagiaan oleh Allah SWT. Karena kebahagiaan itu adalah tanda dari keimanan kita semua.

Exit mobile version